"And now, the end is near
And so I face the final curtain
My friends, I'll say it clear :I'll state my case of which I'm certain
I've lived a life that's full
I've traveled each and every highwayAnd more, much more than this,
I DID IT MY WAY"
Frank sinatra, rooftop, senja, dan langit yang cerah kemerahan. Lengkap sudah komposisi untuk ritualnya setiap sore. Namun yang berbeda, kali ini ada kemantapan di hatinya. Tak seperti sore-sore sebelumnya, dimana ritual selalu berakhir dengan kemantapan hati yg nihil dan hasil yang nihil pula.
Sepintas ia melihat ke bawah, dimana jalanan terlihat sangat sibuk. Mobil di parkiran, orang yang bergegas, bis yang berhenti mengambil penumpang. Betapa riuhnya dunia ini.
Lalu ia palingkan wajahnya ke atas. Dimana hanya ada langit sejauh pandangan mata. Terasa tenang dan tak tergesa. Dan waktu seolah berhenti. Atau, lebih baik lagi, tak ada yang namanya waktu. Damai.
"Regrets? I've had a few
But then again, too few to mention
I did what I had to do
And saw it through without exemption
...
I've love, I've laugh and cried
I've had my fill - my share of losing.
But now, as tears subside,
I find it all so amusing"
Sinatra masih mengalun cempreng dari speaker handphone bututnya. Lalu ia menghela nafas, dan terus memupuk keyakinannya.
Dan perlahan ia menggeser pijakannya. Hingga ia tak berpijak pada apapun.
"For what is a man? What has he got?
If not himself - Then he has naught.
To say the things he truly feels
And not the words of one who kneels.
The record shows I took the blows
And did it my way.
Yes, IT WAS MY WAY."
Sedetik kemudian ia merasakan badannya tak berbobot. Lalu detik berikutnya berat badannya melonjak beribu kali lipat.
Suara alarm yang memekakkan terdengar dari mobil yang di timpanya.
Lalu sunyi.
Gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar